oleh: Dr. M. Idris Abdus Shomad*

“Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan ni’mat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan (yuzakkiikum, atau men-tazkiyah) kamu dan mengajarkan kepadamu Al-Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui. Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (ni’mat)-Ku.” (Surah:2. Baqarah: 151-152)

“Orang jenius adalah yang mampu mengendalikan jiwa-nya dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan masa setelah kematian {orientasi ke depan]. Sementara orang bodoh adalah yang selalu mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan atas pemberian Allah.” (HR Thirmidzi).

“Siapa pun bisa marah. Tetapi, marah pada orang yang tepat, dengan kadar yang sesuai, pada waktu yang tepat, demi tujuan yang benar, dan dengan cara yang bijak, bukanlah hal mudah.” (Aristoteles).

Hati dan Tazkiyah

Hati menempati posisi yang sangat strategis dalam kehidupan manusia.

Rasulullah, shallallaahu ‘alaihi wa sallam, lebih jauh mengatakan:“Istafti qalbaka”, mintalah fatwa (nasehat dan saran putusan) kepada hatimu.

Sementara Steven R. Covey menulis bahwa suara hati adalah salah satu dari empat anugerah Pencipta yang terbesar di samping kesadaran diri, kehendak bebas dan imajinasi kreatif.

Nampaknya paradigma (cara pandang) inilah yang mewarnai sebahagian besar taujih (arahan) dan irsyad (bimbingan) beliau yang agung. “Allahumma thahhir qalbahu wa hashshin farjahu” (Ya Allah, bersihkanlah hatinya dan peliharalah kemaluannya) adalah do’a beliau untuk permintaan sang pemuda yang meminta izin berzinah kepadanya. Setelah berlangsung dialog antara beliau dengan sang pemuda itu yang berakhir dengan kepuasan jiwanya atas bimbingan Rasulullah, shallaahu ‘alaihi wa sallam, yang demikian bijak.

Tazkiyah berarti membersihkan atau purification (purifikasi).

Dalam psikologi dengan mudah tazkiyyah dapat dijadikan ukuran untuk perkembangan personality (kepribadian). Konsep-konsep Al-Quran mengenai kejiwaan, an-nafs al-amarah, an-nafs al-lawwamah, an-nafs al-mutma’innah, selain menjadi konsep ilmu tasawuf, dengan mudah dapat diturunkan menjadi konsep teoretis ilmu jiwa untuk mengukur kematangan seseorang. (paradigma Islam, Dr. Kuntowidjoyo, halaman 308).

Hati dan Kecerdasan

Selepas SLTA atau perguruan tinggi dan ketika mulai meniti karier di perusahaan-perusahaan swasta atau instansi-instansi pemerintahan sebagai seorang profesional, kita banyak dikejutkan oleh teman-teman lama yang kini menyeruak kepermukaan jenjang kesuksesan, padahal; ketika di SLTA atau perguruan tinggi prestasi akademik mereka biasa-biasa saja bahkan ada yang di bawah kita. Tak pernah diduga bahwa si Yanto, (bukan nama sebenarnya), yang sewaktu di SMA termasuk basket mania, sehingga punya nilai paspasan kini menjadi seorang presenter di sebuah stasiun televisi swasta. Sementara si juara umum memiliki prestasi karier yang biasa-biasa saja. Faktor apa yang menyebabkan hal ini terjadi?
Menurut Daniel Goleman, Doktor lulusan Universitas Harvard, penulis buku Emotional Intelligence (1995), jawabannya terletak pada kemampuan mengendalikan diri, semangat, ketekunan, dan kemampuan memotivasi diri. ltulah inti dari Emotional Intelligence atau Emotional Quotient (EQ) yang kadang disebut juga kecerdasan sosial(Social Intelligence). Atau kecerdasan rohani, spiritual dan hati nurani.
Istilah yaqin, ‘ainul yaqin, dan haqqul yaqin merupakan hasil pencerapan dari hati dan kepala. Yaqin adalah tingkat pembenaran hasil olahan otak terhadap berbagai informasi yang diterima dari luar; ‘ainul yaqin adalah tingkat pembenaran oleh “kepala” berdasarkan fakta yang dilihat oleh “mata kepala” sendiri; sementara haqqul yaqin adalah tingkat pembenaran hasil check and recheck yang diamini oleh hati. Namun demikian, pikiran emosional dan rasional merupakan kemampuan-kemampuan yang semimandiri, masing-masing mencerminkan kerja jaringan sirkuit yang berbeda, namun saling terkait di dalam otak.

*) Alumnus S1,S2 dan S3, Imam Su’ud University, Riyadh